Moment yang paling ditunggu-tunggu oleh semua peserta Deklarasi Tim Kesehatan Nasional ILMIKI adalah city tour. Setelah 3 hari penuh diisi dengan seminar, diskusi terbuka dan pembahasan kurikulum serta AD dan ART akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga. panitia memilih kunjungan pada city tour kali ini dengan mengunjungi pulau kembang. Sebenarnya banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi di kota yang di juluki Kota Seribu Sungai itu, salah satunya pasar terapung tapi waktu tak memungkinkan untuk ke pasar terapung karena hari sudah siang sedangkan pasar terapung dimulai sebelum shalat subuh sampai pukul enam pagi dan karena tidak memugnkinkan pilihan pun akhirnya jatuh ke pulau kembang.
Awalnya aku berpikir pulau kembang adalah pulau yang seperti namanya yaitu pulau yang punya banyak bunga-bungaan atau tumbuh-tumbuhan indah tapi ternyata jauh panggan dari arangnya, pulau kembang adalah pulau wisata yang didalamnya berisi monyet yang entahlah jumlahnya berapa banyak dan dilepas begitu saja.
Untuk ke pulau kembang kami menempuh perjalanan melalui sungai dengan menggunakan perahu beratap yang berisi 16 orang. Kami menggunakan dua perahu. Perjalanan ke pulau kembang menempuh waktu kurang lebih 2 jam. Kami melewati sungai yang lumayan luas, yang airnya berwarna kemerahan dan terdapat banyak eceng gondok yang membuat sungai terlihat kotor. Di kiri dan kanan sungai banyak terdapat perumahan warga yang menjorok ke Sungai tidak beda jauh dengan pemandangan di sekitar sungai ciliwung di Jakarta.
Sebenarnya baru kali ini aku berwisata sungai dan di wisata sungai-ku yang pertama ini aku melihat banyak hal, dan mempelajari banyak hal.
Melihat kondisi sungai dan rumah-rumah warga seperti itu, aku makin kasihan sama negeriku yang katanya kaya akan sumber daya alam tapi kehidupan rakyatnya sangat jauh dari kata sejahtera. Sepanjang sungai aku menemukan berbagai macam aktivitas mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek yang menggunakan air sungai yang keruh itu. Mulai dari mandi, mencuci pakaian, mencuci peralatan makan, mencuci ikan dan sayuran yang akan dimasak, BAK, BAB, sampai menggosok gigi dilakukan dengan menggunakan air sungai yang jauh dari kriteria bersih. Rasanya ingin muntah melihat semua aktivitas itu, tapi mau bagaimana lagi, sudah seperti itulah kehidupan mereka, kita mungkin merasa jijik melihat itu semua tapi tidak dengan mereka karena sudah menjadi kebiasaan mereka dan mungkin dengan cara seperti itulah mereka bisa menyambung hidup karena tidak sanggup membeli air bersih.
Siapa yang harus kita salahkan dengan semua itu, dimana hasil tambang batu bara kalimantan yang menggunung itu, dimana hasil hutan kalimantan yang luar biasa itu, siapa yang harus bertanggung jawab atas semua penderitaan masyarakat yang katanya hidup di tanah surga itu?
Entahlah, semakin miris saja aku melihat semua ketidakberesan di negara yang katanya Plato dalam mitos Atlantis adalah pulau surga dengan kekayaan alam yang luar biasa melimpah.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam kami sampai di sungai yang sangat luas yang nampak seperti danau raksasa. Banyak aktivitas kapal-kapal pengangkut batu bara disungai ini, dari sini kami juga bisa melihat lokasi pasar terapung.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam akhirnya kami sampai dipulau kembang dengan disambut monyet-monyet berekor panjang. Awalnya aku dan teman-teman takut untuk mendekat karena monyet-monyetnya suka mengambil barang-barang atau apa pun yang kami pegang terutama makanan. Lama-kelamaan kami akhirnya berani mendekat dan menyentuh si monyet. Setelah berkeliling melewati tengah hutan pulau yang aku lebih suka menyebutnya dengan sebutan pulau monyet dibandingkan pulau kembang itu, kami bergegas pulang.
Komentar
Posting Komentar